Episode 13 – Mengapa kita belum menjadi bangsa yang intelek?

9 September 2024

Seri podcast Terbitlah Terang kali ini mengangkat isu intelektualitas. Dialog kali ini menyorot bagaimana cara-cara berpengetahuan sangat berdampak bukan hanya pada individu, tetapi pada kehidupan berbangsa. Berbagai segi intelektualitas dipertanyakan:

Apa tanggung jawab seorang intelektual?

Apakah pengetahuan hanya milik segelintir elit, yang memakainya untuk gengsi belaka — atau panggilan untuk membangun pengetahuan bagi semua?

Mengapa harus membicarakan semua ini? Apa urgensinya?

Dialog diawali dengan pengamatan, bahwa akhir-akhir ini, suara orang yang mencari kebenaran cenderung tenggelam dalam keriuhan dangkal yang justru menjadi viral. Yang lebih parah lagi banyak yang terpancing untuk berlomba mengantongi kuasa dengan gelar-gelar semu. Apakah ini kelanjutan feodalisme masa lampau, ketika gelar dipuja sebagai status sosial? Untuk kebanggaan semu seperti itukah, orang tak ragu lagi melanggar etika, bahkan hukum?

Episode ini menyorot sosok intelektual. Seorang disebut intelektual bukan karena gelar, tapi karena ketekunannya mengurai kebenaran, membangun pengetahuan, baik sebagai individu maupun dalam dunia akademis, lembaga seni budaya dan media massa. Intelektualitas bertumpu pada rasionalitas dan dirawat melalui integritas. Hasrat kuasa dan feodalisme melemahkan daya pikir rasional, dan dengan demikian menggerogoti sendi-sendi intelektualitas. Dalam iklim berpengetahuan yang serba instan, tidak dapat lagi dibedakan fakta dari yang palsu. Kompetensi, kepakaran, dan karya yang luhur – yang membutuhkan kerja keras dan ketekunan, menjadi kurang terapresiasi.

Untuk membangun intelektualitas yang sehat, seluruh masyarakat perlu bergerak cepat, agar tidak terlambat menangkal penggerusan nalar publik di segala lini. Penguatan nalar publik sangat urgen, ketika sistem berbangsa dan bernegara sedang menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks. Tidak bisa tidak, pendidikan menjadi ujung tombak untuk mengolah literasi kritis, membangun pengetahuan dengan keseimbangan antara kemampuan empati, kepekaan rasa dan nalar yang logis. Seri podcast hari ini mengajak semua pihak untuk bergerak bersama mengatasi kemerosotan kualitas bangsa. Melalui kerjasama transdisiplin, kita temukan terobosan untuk mengolah tantangan hari ini demi kemajuan di masa depan.

Mari terus bergiat, membangun dan berbagi pengetahuan untuk kepentingan individu dan komunitas.

Tapi, bagaimana cara melumbung secara transdisiplin agar terjadi perputaran pengetahuan? Yuk dengarkan podcast Terbitlah Terang!

Ikuti perkembangan Terbitlah Terang melalui Instagram: @terbitlahterang.id dan kanal YouTube TerbitlahTerangID: https://youtube.com/@terbitlahterangid untuk memperluas wawasan dan ruang bertukar pikiran! Untuk tahu lebih banyak, mari melumbung untuk saling belajar melalui Blog Terbitlah Terang: https://terbitlahterang.id/

#TerbitlahTerang #Melumbung

Damayanti Buchori – pakar ilmu serangga dan ekologi evolusi, Melani Budianta – pakar sastra, dan kajian budaya, Sulistyowati Irianto – pakar Antropologi Hukum, serta gender dan hukum, Premana W. Premadi – pakar astrofisika, dan Linda Hoemar Abidin – praktisi seni dan pakar manajemen seni, berbincang lintas disiplin tentang berbagai aspek kehidupan untuk menemani generasi muda menyiapkan diri agar sanggup dan bersemangat untuk membawa bangsa Indonesia ke masa depan yang gemilang.

Music: Balynt – Chase The Sundown @balyntmusic http://www.instagram.com/balyntmusic/ https://open.spotify.com/album/1h82nnPpQPAJryR2V2or3H?si=q3EedsnvTIOWpVEBWDFngw

Leave a comment